Kamis, 06 Juni 2013

Alat Olahraga bernama "Alat Olahraga"

Sudah hampir seminggu saya pulang kampung. Biasanya sih kalau di kampung halaman, yah yang walau sebenarnya tidak kampung-kampung amat, kalau bukan sibuk, saya malas berolahraga di luar rumah. Dan celakanya kasus kedua lebih sering terjadi. Ya malas itu.

Enak sih sebenarnya tidak olahraga itu, mending tidur, ngopi, makan, FBan, Twitteran, atau nge-blog. Tapi kalau saya kendor olahraga efeknya langsung terasa. Gampang ngantuk, lemas, lingkar perut dan berat badan naik, namun sayang IP tidak ikut naik. Itu juga yang terjadi waktu pulang kampung kali ini. Untung saja di rumah saya di kampung halaman yang damai dan kucinta itu ada alat olahraga. Waktu beli dulu serumah seolah sepakat menyebut alat ini sesuai merknya "Freestyle Glider". Seiring dengan waktu, itu alat lebih akrab disapa "freestyle" saja atau malah "alat olahraga".

Cara kerjanya... Aduh bagaimana ya menjelaskannya? Pokoknya cara kerjanya, seperti jalan atau lari di tempat. Itu kan treadmill. Aduh bukan, bukan! Seperti apa ya? Ah, pokoknya ada tuas tempat kaki yang punya tuas pegangan sampai ke atas, kita seolah-olah jalan atau lari pakai alat itu sambil pegangan pada tuas. Seperti apa bentuk alatnya... Googling saja merknya dulu. Saya tidak akan menampilkan gambar agar tidak disangka jualan itu alat.

"Alat olahraga" tadi seperti setia menemani hari-hari olahraga keluarga saya. Ya, benar-benar setia. Bagaimana tidak, setiap hari, atau minimal dua atau tiga hari sekali pasti ada saja anggota keluarga kami yang memakai "alat olahraga". Cuma adik saya yang absen. Tanpa "alat olahraga" aktivitas fisiknya (baca: mainnya) sudah gila-gilaan. Dia tidak, atau belum butuh alat itu. Saking setianya, kondisi dari "alat olahraga" kami  sudah agak berkurang. Busa tuas pegangan yang mengendor, beberapa baut yang mulai sulit dikencangkan, sampai alat penghitung langkah di dekat tuas, yang menurut legenda juga bisa digunakan untuk menghitung kalori yang terbakar, sudah tidak berfungsi dan layarnya malah menghadap ke lantai, cuma sebagian contoh. Oh iya, ada satu lagi... liburan semester lalu, Papa saya sedang asyik memakai si "alat olahraga", dan tiba-tiba... sambungan dekat bagian engsel yang bisa bergerak di dekat kaki patah. Saya sampai tidak paham tenaga macam apa yang Papa saya gunakan saat asyik-asyikan dengan "alat olahraga", tapi saya cukup paham kok dengan berat badan dari Papa saya itu. Beruntung liburan semester berikutnya ketika saya pulang - ya sekarang ini - patahan tadi sudah dilas dan "alat olahraga" sudah bisa berfungsi normal lagi.

Saya sendiri merasa lumayan terbantu dengan kehadiran "alat olahraga" di rumah saya. Ketika saya malas, melas, terlalu sibuk untuk keluar, sudah bikin rencana tiba-tiba hujan turun, atau ada hajat lainnya sehingga saya tidak bisa (atau mau) berolahraga di luar, saya sempatkan barang 15-30 menit berasyik-masyuk dengan "alat olahraga". Lumayan untuk menyegarkan badan dan mencegah masalah-masalah yang saya sebut tadi di awal. Selain itu, pengalaman saya semingguan ini menjaga orang sakit membuat saya makin takut untuk tidak berolahraga (Yang bersangkutan menderita sakit stroke. Diduga karena diabetes, namun stroke juga bisa disebabkan kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga). Saya tidak ada keinginan sama sekali untuk kena stroke. Oleh karena itu, saya berencana meningkatkan frekuensi olahraga saya. Semoga rencana saya ini tidak tinggal rencana nantinya.

Hujan tidak hujan, ngantuk tidak ngantuk, malas tidak malas, ada tidak ada uang, ganteng tidak ganteng, olahraga rutin itu perlu. Terima kasih, "alat olahraga". :*

Sayangi "alat olahraga" sebagaimana kamu menyayangi dirimu.
Sayangi tubuhmu sebagaimana kamu menyayangi dirimu. Absurd? Biarin, as long as you get it.



6 Juni 2013, tidak lama setelah memakai "alat olahraga"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar