Jumat, 15 Mei 2015

Puisi Tempias

Kosan Danang, 21.30 WIB

Aku menyeringai.

Di ujung malam aku dikepung dingin. Di seberang hanya warna kelabu
terlalu jauh kujangkau.

Di ujung malam aku dipaksa melompat.
Bahkan kepada dingin, aku sampaikan kecup penghabisan. Hanya sejenak bertemu dan memadu. Di depanku hanya ruang hampa.

Aku adalah gemericik yang membuyarkan hampamu, menjagamu agar terjaga.
Akulah tempias.

Puisi Pelimbahan

Kosan Danang, 21.19 WIB.

dan kau pasti ingat - malam itu
hujan turun seperti belati
dingin, menembus kulitmu - ngilu
menyekapmu - kau pun gila dalam asing. pilu.

Selasa, 05 Mei 2015

Puisiku pun Membeku

Kosan, seperti biasa. 00:37 WIB. Tadinya berjudul "Pintu Itu Terbuka"

pintu itu terbuka
bagi siapa saja
juga bagi pencuri
yang kedinginan
yang mencuri kunci
dan segelas plastik
air hangat.

pintu itu masih terbuka
dan terlambat -
angin dingin mencuri pintu itu.

seisi ruangan membeku
juga air hangat
juga gelas plastik
juga si pencuri.

Karna

kau takkan pernah melupakan
Matahari, ia menghunjamkan
sengatan
di tengkukmu.
kau takkan bisa menafikkan
ayahmu yang terengah
seperti kuda, kereta,
dan lelah yang ia hela.

dan walau kau tukang hela, pada akhirnya
seperti ayahmu, kau tak punya banyak pilihan
cacian
makian
tangisan
umpatan
buangan
pinggiran
bisikan
setan
suratan
tuhan
yang demikian
kau takkan bisa memaafkan.

dan kau blingsatan
di tengah medan palagan

tapi itu bukan
pertama kalinya kau teriakkan:
"jancok jaran,
sak dokar-dokare!"
hidupmu keras tak terperikan.

dan dendammu
akan menemukan kusirnya, busurnya
yang mengantarkannya kepada ujung maut.