Bandung, 26 Juni 2015. Menyambut kemarau.
Bercakap dengamu adalah gerimis di ujung penghujan.
Petang itu, kita di beranda berkontemplasi dengan akhir kelembapan -
kau kedinginan. Aku sempat mengira wajahmu adalah cermin.
Aku takkan memberimu secangkir teh. Kedua tanganmu gemetar terlalu hebat.
Aku takkan memelukmu, karena - seperti maut, matahari pasti 'kan menjemputmu.
Cukup kupungut senyummu yang gugur meranggas
kulipat, kusimpan rapi di saku kemejaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar