dan di hadapan cermin
kau belah wajahmu
pecahan beling menyayat dingin.
dari belahan cermin tidak muncul wajah tuhan. pun wajah setan.
dan sekarang, wajahmu tinggal pekarangan kosong
(mungkin esok) tuhan dan setan tertawa
berpesta pora di atasnya
sementara di cermin cekung wajahku terkungkung
matamu yang kosong itu ternyata cekung.
Aku? Kubelah cermin karena tak kutemukan wajahku padanya.
Banyak meminjam kepada God Bless. Bandung, 00.25 WIB
Rabu, 14 Oktober 2015
Sabtu, 10 Oktober 2015
Tanpa Luka
Karena, bagiku puisi tidak sekedar
"larikku abadi untukmu"
bagimu, puisi-puisiku membakar
"aku akan menjelmamu,
mengutukmu menjadi kata.
Membunuhmu tanpa luka."
Bandung, 03.20 WIB
"larikku abadi untukmu"
bagimu, puisi-puisiku membakar
"aku akan menjelmamu,
mengutukmu menjadi kata.
Membunuhmu tanpa luka."
Bandung, 03.20 WIB
Panen
Pernahkah kautanyakan pada larik-larik sajak:
untuk siapakah diksinya yang gembur dibajak?
Inilah ladang sajakku.
Kusiram air mata, kupupuk duka
agar di akhir musim aku bahagia:
Dari sela larik-lariknya akan kupanen makna.
Bandung, 3.03 WIB
untuk siapakah diksinya yang gembur dibajak?
Inilah ladang sajakku.
Kusiram air mata, kupupuk duka
agar di akhir musim aku bahagia:
Dari sela larik-lariknya akan kupanen makna.
Bandung, 3.03 WIB
Di Manakah Tuhan Dalam Mimpi-Mimpiku? (Sungguh, aku benci puisi ini dan suasana yang melatarbelakanginya)
Tuhan selalu hadir di rona senja
namun takkan kau temui ia
pada mimpi-mimpi anak muda.
Ikutilah jejak-jejak keramaian!
Segala arah lepas dari genggaman.
Menolak kalah, pada namaNya kau berpegangan.
Tuhan sudah kalah di riuh jalan
dan dengan mimpi-mimpi anak muda, angan-anganmu yang tersesat, Ia bernisan.
Bandung, 2.43 WIB
Larik "Tuhan (sudah) kalah di riuh jalan" diambil dari lirik lagu Silampukau, Malam Jatuh di Surabaya.
namun takkan kau temui ia
pada mimpi-mimpi anak muda.
Ikutilah jejak-jejak keramaian!
Segala arah lepas dari genggaman.
Menolak kalah, pada namaNya kau berpegangan.
Tuhan sudah kalah di riuh jalan
dan dengan mimpi-mimpi anak muda, angan-anganmu yang tersesat, Ia bernisan.
Bandung, 2.43 WIB
Larik "Tuhan (sudah) kalah di riuh jalan" diambil dari lirik lagu Silampukau, Malam Jatuh di Surabaya.
Selasa, 06 Oktober 2015
Malam Ungu, Wajah Membiru (2)
Malamku ungu
sedang wajahmu membiru
dan bulan bagi kata hanya wajah dungu
sedang hidup bagi kita bukan lagi sesuatu untuk ditunggu.
Ia menderu dan memburu.
Bandung, 00.11 WIB.
sedang wajahmu membiru
dan bulan bagi kata hanya wajah dungu
sedang hidup bagi kita bukan lagi sesuatu untuk ditunggu.
Ia menderu dan memburu.
Bandung, 00.11 WIB.
Senin, 05 Oktober 2015
Malam Ungu, Wajah Membiru
Untuk apa kau menulis
apabila kata-kata tidak mengerti
untuk apa kau suruh mereka menangis?
Bandung, 23.55 WIB
Langganan:
Komentar (Atom)