Kau membunuhku semalam!
Paling tidak tiga atau empat kali kau melakukannya.
Kau menyuguhiku kata-kata kebanyakan gula
sedang kauminta paksa daging dan darah dan kata-kataku
yang kehabisan nafasnya.
Mulutmu, seperti juga kau sendiri, memang tidak pernah menginginkan (dan juga menyadari akan adanya) kematian apapun.
Tapi membiarkanmu tanpa dosa, apakah adil?
Sedang mayatku tergolek, kata-kata(mu) dan pujian(mu) dalam menghunjam,
lebih tajam dari diabetes.
Ya, kaulah yang membunuhku semalam!
Lima atau enam kali aku berteriak minta tolong - tanpa didengar - sebelum akhirnya mati kehabisan akal sehat.
Kereta Api Malabar Express, 5 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar