Kupandangi puisiku itu malam.
Puluhan mulutnya tersumpal kain putih kusam
Bau keringat, nafas tua yang masam.
Kuamati, kurasai puisiku.
Tersekap di sudut jiwaku yang sempit dan pengap:
Aku rasai sepercik kebencian di kedua matanya.
Laknat! Kefanaan kata-katanya tajam membelah
Lepas ragaku dari jiwanya.
Bandung, 3 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar